Selamat Hari Guru
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada tahun 2016, Andika Tampubolon memilih jalan yang berbeda dari kebanyakan. Ia tidak mengejar gemerlap karier di kota besar, melainkan menyerahkan dirinya untuk mengabdi di pedalaman Papua, di mana pendidikan adalah sebuah harapan yang terjalin rapuh.
Sejak 2017, Andika menjadi guru sukarelawan di SD Negeri Kampung Fuau, Distrik Mamberamo Hulu, Papua. Perjalanan menuju Fuau tak mudah, memerlukan pesawat kecil dan perahu motor selama sembilan jam. Namun, semangatnya tak pernah goyah. Dengan keterbatasan ruang kelas, minimnya fasilitas, dan tantangan infrastruktur, Andika tetap mengajarkan siswa-siswanya dengan penuh kasih.
Ia melihat potret pendidikan yang memilukan: banyak anak usia 10 tahun ke atas belum mampu membaca atau berhitung. Tetapi dari senyuman mereka yang antusias setiap pagi, Andika menemukan alasan untuk terus bertahan. Ia bersama rekan-rekannya memberikan pelajaran tambahan, berharap setiap anak bisa meraih masa depan yang lebih cerah.
Keputusannya untuk ke Papua terinspirasi oleh janji yang dibuatnya pada 2014, saat melihat anak-anak di Supiori yang juga mengalami hal serupa. Dengan cinta yang tulus dan tekad baja, ia berjuang untuk menciptakan perubahan, meski berada di tengah segala keterbatasan.
“Saya selalu optimis,” katanya, “meski Fuau belum sempurna, mimpi anak-anak di sini tidak akan pernah padam. Mereka adalah lentera kecil yang akan menerangi masa depan Papua.”
Andika mengingatkan kita semua bahwa pendidikan bukan hanya soal fasilitas, tetapi tentang hati yang peduli dan tangan yang bersedia bekerja untuk memberi. Ia adalah bukti nyata bahwa satu langkah kecil di sudut terpencil negeri ini dapat menggugah perubahan besar.
Andika Tampubolon
Lahir: Batam, Kepulauan Riau, 20 Januari 1993
Orangtua: Batahan Tampubolon (alm) dan Rentauli Sitorus.
Pendidikan terakhir: S-1 Jurusan Biologi Universitas Gadjah Mada
Pekerjaan: Guru SD Negeri Kampung Fuau, Kabupaten Mamberamo Raya, Papua.